A.BANI IDRISIYYAH
Dari keturunan Ali bin Abi Thalib yang turun ke negri magribi timbulah seorang yang bijaksana dan cerdik,namanya Idris.Dia dapat menguasai negri Talsaman dan seluruh magribi Al-Aqsa. Didirikanya kota Fass(fez) yang merupakan pusat pemerintahan dan ditegakkannya beberapa mesjid dan rumah tempat menyimpan buku buku ilmu.
Bani Idris memerintah lebih kurang selama 263 tahun lamanya.Dua kerajaan yang merupakan lawan yang paling besar yaitu kerajaan’ Ubaidiyum di Afrika dan kerajaan bani Umaiyah di Andalusia.
Lantaran kekayaan dan gemuknya pembendaharaan negrinya, raja raja yang bergelar khalifah itu dapat di kalahkannya di dalam perjuangan perpacuan kekuasaan.
Pemerintahan Idrisiyyah ;
Idris I (172 -187H/789 – 803M)
Idris II (187-213 H/803 – 828M
Muhammad bin Idris II (213H – 828 M
Ali I bin Muhammad 221H – 837 M
Yahya I bin Muhammad 234 H – 848M
Yahya II bin Yahya
Ali II bin Umar
Yahya III bin Kasin
B. DAULAH MURABITUN
Didirikan oleh seorang alim besar di negeri Soes,dia bernama ‘Abdullah bin Tasyfin. Dia mengangkat keponakannya Abu Bakar sebagai panglima,
partinya dinamakan murabitin,artinya golongan yang bertekun menyembah Allah di dalam Rubath[1]dan bersatu setia anggota yang masuk dalam ikatan itu.
Penduduk Magribi baru mengakui kekuasaan Murabitin pada masa pemerintahan pamanya Yusuf bin Tasyfim,Ia mampu menguasai negri Faas dari tangan Bani Idris.
Pada masa kekuasaannya, Ia mampu menguasai sebagian besar negeri Andalusia (Spanyol), dan setelah itu barulah mereka mengarahkan langkah untuk menaklukkan Afrika Tengah.
Lamanya kerjaan Mulattsimin atau Murabitin[2]itu ialah 80 tahun. Kekuasaannya sejak negeri Afragah sebelah timur Spanyol sampai ke Asybunah di tepi Pantai Lautan Tengah di sebelah barat Andalusia, sampai juga di Adua dan pulau-pulau Bani Mazganah sampai ke Tanger, lalu ke hujung Sus, sampai ke Bukit Emas dan Negeri Sudan.
Pemerintahan Kaum Murabbitin ;
Yahya bin Umar 448H, – 1056M
Abu bakar Bin Umar
Yusof bin Tasyfin 480H, – 1087M
Ali bin Yusof 500H, – 1106M
Tasyfin bin Ali 537H, – 1143M
Ibrahim bin Tasyfin 541H, – 1145M
Ashak bin Ali 542H, – 1146M
C.DAULAH MUWAHHIDUN
Kerajaan ini dipelopori oleh Muhammad bin Abdullah Tumrut. Dia adalah seorang yang tidak bersenang hati melihat Daulah Murabitin. Di waktu mudanya ia telah mempelajari banyak ilmu,kemudian dia pergi ke untuk
menambahraja ilmunya ke Imam Ghazali. Setelah itu ia mulai mengkritik perbuatan Raja- raja Murabitin yang bersalahn dengan syarak Islam.
Dia mengimpulkan pengikut-pengikutnya yang dinamai ‘Al-Muwahhidun’ (bala tentara tauhid)[3]Setalah di rasanya cukup kuat, maka pada tahun 1112 M mulailah peperangan melawan kerajaan Murabitin. Meraka mulai mengalami kekalah saat mmeranri kota Morocco,sehingga banyaklah tentara yang lari.
Kemudian murid ‘Abdul Mu”min yang dikenal cerdik dan luas pandangannya mulai melanjutkan perjuangan gurunya itu,dan mulai mengumpulkan kembali para pengikutnya,dan akhirnya Ia mampu menghapus kekuasaan Murabitin,bahkan dilawannya pula raja Portugis pada tahun 114.
Sejak kekalahan Muhammad An Nasir pada pertempuran di Toulose,mulailah orang-orang Spanyol memberontak kembali,dan dalam tahun 647 jatuhlah kerajan itu, setelah memerintah 174 tahun lamanya. Daulah Muwahhidin merupakan satu kerajaan yang terbesar dan terkuat di Magribi karena kekuatan armada lautnya,sehingga luaslah kekuasaan ke laut dan ke darat.
Pemerintahan Daulat Muwahhidin ;
Abdul Mu’min bin Ali 542H, – 1130M
Abu Ya’kub Yusof 558H, – 1163M
Abu Yusof Ya’kub Al-Mansur 580H, – 1184M
Muhammad An Nasir 595H, – 1199M
Yusof II Al Mustansir 611H, – 1214M
AbdulWahid Bin Yusof 620H, – 1223M
Abdullah Al ‘Adil 621H, – 1224M
Yahya bin An Nasir 624H, – 1227M
Abul Ula Idris Al Ma’mun 626H, – 1229M
AbdulWahid Ar Rasyid 630H, – 1232 M
Abul Hasan Ali As Sa’id 640H, – 1243M
Abu Hafas Umar Al Murtadha 642H, – 1244M
Abul ‘Ula Al Watsiq 665-667H / 1266-1269M
D. DAULAH BANI MARYAN
Berdiri pada tahun 614H.- 1217M. Asal usul bani Maryan itu adlah dari bukit Zannanah di Magribi. Sebelum mereka mengalahkan Magribi mereka hidup berpencar di sebelah Sajalmasah dan Malwiyah sampai ke negeri Zab,sebab mereka adalah kabilah-kabilah pengembara.
Dalam tahun 610M masehi,mereka datang ke kota Magribi dan menemukan keadaan kota kosong.kemudian mereka merampas kota,dan menguasainya. Yang menjadi kepala persatuan kabilah liar itu adalah ‘Abdul Haq bin Mahyu.
Mendengar kabar itu khalifah Bani Muwahhidin mengusir kabilah Maryan. Pengusiran pertama tidak berhasil. Kemudian bani Maryan menguatkan kedudukannya.Melihat kedudukannya terancam,kaum Muwahhidin meluncurkan serangan kedua,di dalam pertempuran hebat dengan musuh,Amir Abdul Haq terbunuh.
Bukan seperti bala tentara lainnya,bila mati kepalanya mereka mundur. Melainkan lantaran terbunuhnya orang yang paling mereka cintai, naiklah kemarahan mereka berlipat ganda. Lantaran semangat dan kemahuan yang kuat itu,majulah mereka ke muka,dapatlah musuh itu mereka kalahkan.
Lantaran kematian Abdul Haq mereka angkatlah gantinya ,putranya Abu Sa’id Usman. Melihat kemunduran kerajaan Muwahhidin,maka diteruskannyalah perjuangan ayahnya,diperluasnya jajahan, diperbanyaknya negeri yang ditaklukan. Hingga mereka pernah mengalahkan bangsa Spanyol.
Di akhir kekusaan bani Maryan bangsa Portugis sudah menaklukan Magribi Al Aqsa. Di waktu itulah bangsa Portugis dan Spanyol mencari jalan semudah-mudahnya ke Hindia.Di dalam pengembaraannya itu dapatlah Portugis menguasia Sibtah pada tahun 818 (1415)setelah dikepung selama 6 tahun lamanya.Dalam tahu 869H ditaklukan lagi Tanjah(Tanger).Tahun 879H dirampasnya negeri Asila.Demikian uga yang lain-lain,sehingga kerajaan Bani Maryam tidak kuasa lagi menangkisnya.
5
Kekuasaan Daulah Bani Maryan ;
Osman I 614H,- 1217
Muhammad I 637H, - 1239M
Abu Yahya Abu Bakar 642H,1224M
Umar bin Abu Bakar 656H, - 1258M
Abur Rabi’ Sulaiman 708H, - 1308M
Abu Said Osman II 710H,- 1310M
Abu Yusuf Ya’kub 657H,- 1310M
Abu yusof Ya’kub 657H, - 1259M
Abu Ya’kub Yusof An Nasir li – Dinillah 685H,- 1286M
Abu Tsabit ‘Amir 706H,-1307M
Abdul ‘Abbas Ahmad (kedua kali) 789H,-1387M
Abu Faris 768H,- 1393M
Abu Hasan Ali 732H,- 1331M
Abul ‘Inan 749H,- 1348M
As Sa’id 759H,- 1348M
Abu Salim Ibrahim 760H,-1359M
Abu Umar Tasfin 762H,- 1361M
Abdul Halim 763H,-1361M
Abu Zayyan Muhammad II 768H,-1366M
As Sa’id II 774H,-1372M
Abul Abbas Ahmad 776H,-1374M
Musa786H,-1374M
Al Muntasir 786H,-1384M
Al Watsiq 788H,-1386M
6
Abu Sa’id 814H,-1411M
Said bin Ya’kub 824H,-1421M
Abdullah 826H,-1423M
Muhammad bin Abu ‘Inan
Ahmad
Al Maula Abu Hasun 826H,-14658M
Abdullah 875H,-1470M
Al Maula Ahmad
Al Maula An Nasir Bukanatuf 908H,-1502M
Al Maula Muhammad 914H,-1508M
Al Maula Abu Hasun 961H,-1554M
E. BANI WATAS
Bani Watas berasal dari kabilah – kabilah yang datang dari desa – desa Rif. Yang mula-muula jadi sultan Abu Abdillah Muhammad Asy-Syekh, tahun 876H. Mula-mula dikuasainya negeri Faas(Fez). Di zaman kenaikan beliau inilah jatuhnya kerajaan bani Al Hamar dari Spanyol Dan sebagai dimaklumi,sejatuh Bani Al Hamar, dilakalah ada alagi kuasa Islam di Spanyol. Malahan bangsa portugis telah Mulai menghamparkan Sayap Kekuasaannya Ke Negeri-negeri islam di pantai Afrika.
Setelah wafat Asy-Syeikh,digantikanlah dia oleh Muhammad Al Burtaqali. Di zaman pemerintahannya bertambah besarlah kuasa bangsa Portugis, dipersimpitnya kehidupan kaum muslimin.
Setelah dia Wafat, digantikan oleh Muhammad Abu Hasun. Tidak lama dia memerintah, ditangkaplah dia oleh seorang kerabatnya dan dilucuti pangkatnya. Dia digantikan oleh Abul Abbas Ahmad.
Tiba-tiba sultan Abul Abbas Abu Hasun dapat anik tahta sekali lagi,dapat juga diambilnya hak nya kembali. Tetepi Syeihk Sa’di tidak mau membiarkan bani Watas tinggal berkuasa. Kemudian sultan meminta bantuan ke Daulat Osmaniyah. Setelah terjadi perang besar barulah di kuasainya negeri Fez. Kemudian merka kembali ke negerinya,tinggallah Abu Hasun bersama seldadunya yang lemah.
7
Melihat itu majulah kembali syekh Sa’di menyerang Negeri itu dengan tentara yang besar,sehingga dalam tahun 961H,dapatlah Faz dapatlah Faz diambilnya kembalidan sultan Abu Hasun dibunuhnya. Dengan kematian sultan Abu Hasun itu runtuhlah kerajaan Bani Watas atau Kerajaan Bani Maryan yang kedua.
F. ASYRAF SA’DIYIN
Pada permulaan kuru ke 16 yang menjadi raja di Morocco,ialah syarif-syarif keturunan bani Sa’d. Titel Syarif dilekatkan ialah pada keturunan Rasulullah dari sisi Hasan Bin Abu Thalib sebagai juga titel sayed diberikan orang kepada keturunan Husain[4]. Mereka itu ialah keturunan dari cabang bani Zaidan. Neneng moyang kaum mereka yang dahulu sekali mendirikan kerajaan ini ialah Muhammad Abu Abdillah Al Qaim Bi Amrillah.Beliau adalah seorang yang teguh memegang agama dan saleh.dia pergi naik haji, dan disana dia bertemu dengan beberapa ulama yang terkemuka, yang mengakui akan kelebihannya di dalam amal agama.
Al Qaim Bi Amrillah raja yang pertama dari Asyraf Sa’diyun menyerukan jihad kepada seluruh muslimin terhadap bangsa Portugis yang rupanya telah hendak berlantas angan ke negeri islam. Peperangan mereka berhasil baik terhadap bangsa Portugis maupun Bangsa Spanyol,dan kadang kadang tidaklah mereka enggan menghadapi kekuasaan Bani Osman (Turki) yang ketika itu hendak melebarkan sayap penjajahannya pula ke negeri-negeri Afrika. Demikinlah raja berganti raja,sehingga akhirnya jatuh juga kerajaan Asyraf itu pada tahun 1069H.
G.ASRAF HASANIYIN
Asal mulannya adalah : Maula Muhammad bin Syarif mendirikan suatu angkatan tentara,banyak anak negeri Sajalmasah yang ikut di dalam angkatan itu,yaitu pada tahun 1045H. Yang menyebabkan timbul semangat menegakkan timbul tentara baru itu ialah lantaran bala tentara Abu Hasun,raja yang akhir daru bani Watas telah berbuat sewenang-wenang di dalam wilayah Sajalmasah, mereka telah bersikap loba dan tamak, sebagaimana kebanyakan kekuasaan orang-orang besar di zaman pemerintahan yang lama itu.
Hal ini telah menimbulkan rasa benci dan bosan,orang memintaadanya seorang penganjur yang akan sanggup melepaskan mereka dari kezaliman pihak
8
kekuasaan,syarat-syarat itu bertemu pada diri Muhammad bin Syarif.Maka sepakatlah orang mengangkat Maula Muhammad itu menjadi kepala pada tahun 1050H, di zaman ayahnya masih hidup dan ayahnya itu sendiri ikut beserta orang banyak mengangkat Maula Muhammad menjadi raja bagi Sajalmasah. Baru saja dia berkuasa, ditaklukannyalah negeri Dai’ah dan sekitarnya,dan pengikutnya kian lama kian bertambah besar jumlahnya.
Kerajaan itu mempunyai armada yang kuat, seluruh negeri Magribi serta pantainya itu dijaga dengan kapal-kapal perang yang besar-besar,sehingga musuh tidak mudah menyerang.
H.BANI ZAYYAN
Dalam tahun 632 H, berdirilah kerajaan Bani Zayyan. Negeri yang takluk kepadanya ialah Telmsan Dan Aljazair. Kekuasaannya sampai ke negeri Faas,10 orang banyak rajanya dan runtuhlah kerajaan itu pada tahun 796H.
I.UBAIDIYIN (FATIMIYIN)
Dalam tahun 296 H, berdiri kerajaan Ubaidiyin atau Fatimiyin. Asalnya ialah dari seseorang pengajur Syi’ah yang fanatik dalam fahamnya, cabang dari firqah isma’illiyah,namanya ialah Abu Abdillah Asy-Syi’i, dimulai seruannya ua magribi.dia diberi gelar ayah al Mahdi, sebab anaknya yang bernama Ubaidillah mendakwahkan dirinya sebagai al Mahdi yang ditunggu kedatangannya buat menyiarkan keadilan di dalam alam. Dia makin kuat pada zaman khalifah Bani ‘Abbas di Baghdad,Al Muktafi Billah.
Seketika kerajaan Bani ‘Abbas bermaksud hendak menangkapnya, larilah Abu Abdillah bersama anaknya Muhammad Abul Qasim ( Ubaidillah ) ke negeri magribi,dengan menyamar sebagai saudagar. Dia menetap ke Sajalmasah sedang yang menjadi Amir disana pada waktu itu ialah orangbesar yang bernama Alyasa’. Alyasa’ tau , maka ditangkapalah Ubaidillah itu dan dipenjarakannya.Tatkala Abu Abdillah tau Akan perbuatan itu, dengan gagah berani rumah Alyasa’ di kepungnya dan Alyasa’ dapt dikalahkannya lalu diperbarunya bai’at ‘Ubaidillah. Sejak itu berkuasalah dia di Sajalmasah, akhirnya dapat di kalahkannya Aghlab dan dipakai gelar ‘Amiril Mu’minin Al Mahdi[5]. Setelah itu dikirimnyalah gapnor-gapnor merangkap keala parang,untuk mengalahkan negeri-negeri yang lain.
Kerajaan Ubaidiyin ditukar menjadi kerajaan Fatimiyah ketika Raja pada saat itu Al Mu’iz liDinillah berhasil menduduki negeri Mesir.
9
J. BANI ZIRI
Dalam tahun 361H, berdirilah kerajaan baniZiri di Tunisia. Bani Ziri itu bukan Arab, tetapi Barbar, satu kabilah dari kalangan bangsa itu yang bernama Sanhaji.
Disebabkan perhubungan yang tidak baik dahulu, dan Raja-raja Fatimiyah di Mesir tidak sekuat dahulu lagi, sempat Bani Ziri memisahkan diri dan memeaklumkan menjadi raja sendiri,sampai delapan orang rajanya, dan 181 tahun lama kekuasaannya. Tetapi kalau dihitung sejak mereka berkuasa dibawah penilikan kerajaan Ubaidiyin, tentulah 267 tahun,yaitu sejak tahun 335H.
K.BANI HAFAS
Tahun 603H, berdiri kerajaan Bani Hafas di Tunisia. Inilah kerjaan baru yang setelah leburnya kerajaan Bani Ziri. Kerajaan ini dibangsakan kepada Abu Hafas ‘Umar bi Abu Yahya Al Hantami, salah seorang dari pengikut Muhammad bin Tamrut, yang mengakui dirinya jadi Al Mahdi dan mendirikan kerajaan Muwahhidin dahulu. Setelah Ibnu Tamrut mangkat, diangkat orang menjadi gantinya ‘Abdul Mu’min yang menjadi kepala wazirnya.
Luasnya kekuasaan bani Hafas ialah sampai ke Eropa dan sebagian besar dari benua Afrika,malahan dari kaum muslimin Andalusia mereka menerima bai'’t juga.
Kerajaan ini mulai mundur, setelah keturunan-keturunan yang datang dibelakang berebut pengaruh dan dengking mendengki di antara satu cabang keturunan dengan lain keturunan. Keadaan ini diketahui oleh kerajaan Osmaniah (Turki) sehingga dengan mudah kerajaan ini dapat menaklukan negeri itu dalam tahun 982H, ketika itu raja-raja sultan Muhammad bin Hasan, dan raja Turki sultan Silaiman I, lamanya kekuasaan bani Hafas ialah 379 tahun.
L.HUSAINIYAH
Sejak tahun kerajaan bani Hafas, maka yang berkuasa di Tunisia ialah Kerajaan Turki. Kerajaan Turki biasanya mengirim wakil untuk memerintah di sana,sampai tahun 1117H. Pada tahun itu rakyat Tunisia meminta kepada kerajaan Turki supaya wakil kerajaan Turki yang bernama Husain bin ‘Ali Pasha diangkat menjadi raja mereka, dengan diberi gelar Pasha. Kemudian10
lazimlah gelar raja Tunis itu ‘Baai’, berasal dari bahasa Parsi Bey yang biasa di tulis dalam huruf Arab - Turki ‘Bek’[6]
Kerajan ini mulai mengalami kemunduran ketika raja Baai Muhammad Sadiq menandai perjanjian untuk menyerahkan kerjaan Tunisia ke tangan Perancis.
M.QARAH MANELI
Dalam tahun1123H, berdiri kerajaan Qarah Maneli di Tripoli. Qarah Maneli yang telah berhasil mendiikan kerajaan ini memaklumkan kekuasaannya dan lepasnya dari segala pengaruh,sampai mereka memerintah hampir 100 tahun di Tripoli. Kerajaan ini masyhur karena kekuatan kapal-kapal perangnya, tetapi kemudian bertukar sifatnya menjadi lanun, bajak laut. Sehingga kerajaan-kerajaan Eropa yang hendak mengirikan kapal ke timur, terpaksa membayar jizyah kepada kerajaan itu supaya terlepas dari rampasan[7].
Dalam tahun 1251H, kerajaan ini hancur, dan kian lama Tripoli kian jatuh langsung kebawah kekuasaan Turki. Dalam tahun 1912M, Tripoli direbut oleh bangsa Italia dari tangan anak negerinya, yang ketika iti pada lahirnya dibawah kekuasaan Turki,tetapi pada hakikatnya dibawah pimpinan batin di dari kepala tariqat Sanusiah yang Masyhur.
11
BAB II
PERADABAN ISLAM PADA MASA
DINASTI-DINASTI KECIL DI MESIR
A.Keturunan Toulon
Kerajaan bani Toulon berdiri pada tahun 254H. dibangsakan kepada Toulon ayah dari ahmad, seorang kepala perang bangsa turki dari Turkistan. Pada mulanya dia menjadi tawanan perang. Setelah ditawan dibawalah dia menghadap ibnu Asad As-Samahy, Wali Negeri di Bukhara, di zaman pemerintahan Khalid Al-Ma’mun. pada tahun 200H. orang tawanan itu dikirim kepada khalifah.
Baginda Al-Ma’mun amat tertarik melihat orang tawanan itu, amat tegap gagah perkasa dan layak menjadi orang perang. Sebab itu diangkatlah dia menjadi pegawai istana. Dan karena baik kelakuan dan banyak jasanya, jabatan itu bertambah lama bartambah baik, sehingga akhirnya menjadi kepala pengawal istana. Pada masa itu dia beroleh putera, yang kini lama kian besar pula, dinamainya Ahmad. Sementara ayahnya telah menjadi pengawal, anaknya Ahmad itu telah diangkat pula menjadi pembantu pengawal, dibawah didikan ayahnya.
Dalam tahun 254H, oleh karena baik kelakuan dan setianya, maka Ahmad bin Toulon itu diangkat oleh khalifah Al-Mutawakkil menjadi Wali Negeri di Mesir. Setelah beberapa lama dia duduk di negeri itu, dimulainyalah memperteguh kedudukannya. Dibelinya beberapa orang budak bangsa Dailam dan bangsa Zanji, dicarinya pula orang Arab yang sudi [8]berkhidmat kepadanya. Dimulainyalah maksudnya dengan terang-terangan, yaitu memutuskan perhubungan dengan khalifah di Baghdad. Di atas mimbar pada hari jum’at dimulanyalah memberhentikan ucapan pujian kepada khalifah, diganti dengan pujian kepada Ahmad bin Toulon sendiri, sebagai Raja Mesir. Hasil cukai negeri tidak dikirimkan lagi ke Baghdad.
Hal ini tentu saja menyakitkan hati khalifah-khalifah, Al-Mu’tadhid Billah mencoba mengirim tentara buat menaklukkan Mesir kembali, tetapi tidaklah berhasil, sebab beliau telah kuat.
Rakyat Mesir suka kepada pemerintahan beliau. Sebab selama ini mereka membayar pajak yang amat berat, padahal tidak ada yang tinggal
12
buat Mesir sendir. Semua dikirim ke Baghdad. Setelah pemerintahan Ahmad bin Toulon, hasil-hasil itu telah dipergunakan unuk kepentingan Masir sendiri. Bandar-bandar air galian dicukupkan, benteng-benteng diperteguhkan dan usaha kekayaan rakyat dipersubur, sehingga negeri makmur.
Setelah kuat kedudukannya di Mesir itu, tidaklah dia hendak mencukupkan hingga itu saja, malahan dimulainya pula meluaskan kekuasaannya ke negeri syam. Kota Damsyik ditaklukkannya, demikian juga kota Hems,Humad ,Alrppo(Halab) dan diteruskannya ke Antakiyah, akhirnya dimasukinya negeri Tharsus. Selama dia sendiri pergi memimpin peperangan itu, puteranya Abbas dijadikannya wakil merajai dan mengatur negeri mesir. Tetapi anak kesayangan itu tidak setia, sebab sepeninggalan ayahnya telah dikumpulkannya segala perbendaharaan istana dan diangkutnya lari ke negeri Barqah. Setelah pulang. Sangatlah murka si ayah, sehingga disusun satu tentara buat pergi memerangi anak itu. Di tahun 267H. anak dapat dikalahkan dan ditangkap. Setelah itu dia diluncurkan daripada haknya dan ditetapkan tempat pengasingannya di iskandariah.
Sebagaimana dahulu telah pernah ditulis, pembantu khalifah di Baghdad yang bernama Thalhah Al-Muwaffaq berusaha hendak memperteguh kedudukan khalifah kembali. Dia berniat hendak mengembalikan Mesir ke dalam kuasanya. Maka amat hebat permusuhan Ahmad bin Toulon dengan Al-Muwaffaq. Dalam tahun 269H. terjadilah peperangan besar di antara kedua belah pihak. Dalam peperangan itu Ahmad bin Toulon kalah. Setelah itu timbul pula pemberontakan di Syam, maka Syam pun tidak dapat diprtahankannya lagi. Maka setelah dia pulang ke Mesir pada tahun 270H, mangkatlah Raja yang keras hati dan gagah perkasa itu, lalu digantikan oleh empat orang Amir berturut-turut. Tetapi tidaklah keempat raja itu kuat lagi mempertahankan pusaka Ahmad bin Toulon, sehingga pada tahun 296H(904 Masehi), jatuhlah Masir kembali ke tangan bani Abbas
Hanya 46 tahun saja keturunan Toulon itu berkuasa di Mesir.
B.Keturunan Ikhsyidi
Khalifah Al-Mu’tadhid ingin hendak menguasai Mesir kembali. Dalam tahun 285H, di zaman Mesir di bawah perintah Amir Harun bin Khamarawaihi bin Ahmad bin Toulon, telah dicobanya mengirim angkatan besar buat merampas mesir kembali. Tetapi sebelum maksud itu berhasil,
13
khalifah telah [9]mangkat, lalu digantikan oleh khalifah Al-Muktafi Billah. Oleh karena di tahun 291H khalifah dapat mengalahkan kaum Qaramitah, maka dia merasa bahwa kekuatan dan kekuasaannya mulai teguh semula. Sebab itu dilanjutkannya kembali cita-cita akan merebut Mesir. Di tahun 292H dikirimnya tentara besar sekali lagi di bawah pimpinan pahlawan Muhammad bin Sulaiman. Mula-mula tentara itu pergi merampas kembali kota Damsyik, setelah itu diteruskan serangannya ke Mesir, sehingga lantaran kuat datangnya, tidaklah sanggup Amir Harun bin Khamarawaihimempertahankan kota itu. Tentaranya pecah belah dan dia sendiri mati terbunuh dalam perang. Maka yang tinggal ialah pamannya Syaiban bin Toulon. Syaiban menyerahkan diri kepada sulaiman dan meminta diberi perlindungan. Di dalam tawanan itu dapatlah dia melarikan diri. Dengan larinya Syaiban, hapuslah kekuasaan bani Toulon di Mesir.
Namun begitu, tidak jugalah lama kekuasaan khalifah bani ‘Abbas di Mesir. Sebab kian lama kekuatan di pusat kedudukannya kian lemah pula. Janganlah berkuasa keluar, sedangkan di dalam negeri, kekuasaanya telah jatuh. Setelah mengetahui hal yang demikian, maka tidaklah terhambat lagi Wali-Negeri di Mesir, Abu Baka bin Muhammad bin Thagj memaklumkan dirinya sendiri, terlepas dari khalifah.
Kejadian ini dalam tahun 323H khalifah Ar-Radhi di Baghdad terpaksa mengakui kekuasaan itu. Selain daripada menguasai Mesir, dia juga memaklumkan sebagai ‘yang Di-pertuan’ atas negeri Syam. Jazirah dan Makkah serta Madinah. Amir Abu Bakar itu berasal dari negeri Farghanah, bangsa turki juga. Ikhsyidi adalah gelar raja-raja di sana. Sebab itu di pakainyalah gelar Ikhshidi itu untuk kebesaran.
Setelah itu ditaklukkan Damsyik kembali dan diperbaikinya susunan negeri. Bila telah beres pekerjaannya itu, kembalilah dia ke Mesir.
Oleh karena perselisihan sama sendiri dan karena telah dipengaruhi kemewahan hidup, maka tidaklah lama kerajaan keturunan Ikhsyid itu memerintah di Mesir, 32 tahun saja 323-355H(935-966 Masehi)
C.Keturunan Fatimiyah (‘ubaidiyah)
Sebagaimana diketahiui, yang mula-mula ialah kerajaan keturunan ‘Ubaidiyin di Afrika. Kepala perangnya yang gagah berani, bernama ‘Jauhar’
14
asal dari Sicilia, disuruhnya menaklukkan Mesir dan merampasnya dari tangan keturunan Ikhsyid. Jauhar dibantu oleh pahlawan seorang kagi bernama Ja’far bin Falah. Di kampong Ramlah bertemulah kedua pihak tentara itu. Keturunan Ikhsyid tidak dapat mempertahankan diri, sehingga terpaksa lari. Setelah [10]takluk Ramlah ditaklukkan pula Damsyik. Di ‘Ainu-Syams dapt dikalahkannya kaum Qaramitah. Sampai kaum Qaramitah itu dikejar-kejar ke pusat negwerinya sendiri Al-Ahsa dan Al-Qatif.
Oleh sebab itu telah teguh kekuasaannya di Mesir, maka Jauhar mempersembahkan, bahwa sdah selayaknya Sri Baginda Almu’izzu li-Dinillah memindahkan ibu kota kekuasaanya dari Afrika ke Mesir. Untuk memperingati kebesaran dan kemenangan itu didirikanlah negeri ‘Al-Qahirah’(Yang Menang), dan didirikan pula masjid ‘Al-Azhar’ (Yang Gemilang) untuk mengajarkan faham yang dijadikan mazhab rasmi kerajaan, yaitu Syia. Nama kerajaan ditukar dari ‘Ubaidah kepada Fatimiyah. Dibangsakan kepada Fatimah anak perempuan junjungan kita Rasulullah s.a.w., sebab raja-raja itu keturunannya. Bani ‘Abbas terdesak di mesir berdiri kerajaan baru yang teguh dan kuat. Di zaman pemeritahan Fatimiyah itu sangatlah makmur, dan majunya negeri Mesir menjadi tandingan dari Baghdad dan Cardova, 280 tahun lamanya keturunan Fatimiyah memerintah Mesir.
D.Keturunan Salahuddin
Yang mendirikan kerajaan ini ialah Salahuddn Al-Ayyubi, yang dimasyurkan oleh bangsa Eropa dengan nama ‘Saladin’, ia penangkis serangan Salib ketika ‘Perang Salib’ yang terkenal itu. Kerajaan Fatimiyah telah lemah kekuasaanya. Tidak sanggup lagi menangkis serangan ‘Kaum Salib’ yang hendak menguasai Dunia Islam. Rajanya waktu itu ialah Al-‘Adhid li-Dinillah, dia telah tua dan sakit-sakit. Nuruddin Zanki raja di Negeri Syam mengutus Salahuddin ke sana, buat menduduki negeri Mesir dengan tentaranya. Sebab pada mulanya Salahuddin adalah kepala perang di bawah Raja Nuruddin.mlai dia dating ke sana, dihentikan Khutbah Jum’at memuji khalifah fatimiyah, dikembalikan memuji khalifah Baghdad.
15
Dengan [11]mangkatnya khalifah itu bulatlah kekuasaan pada Salahuddin. Setelah teguh kedudukannya di sana, di panggilnyalah segala kaum keluarganya, terutama ayah dan saudara-saudaranya supaya hidup bersama di negeri Mesir. Melihat kedudukan yang teguh itu, banyaklah fitnah orang yang cemburu kepada Nuruddin. Salahuddin dituduh hendak merampas Mesir buat dirinya, terlepas dari Nuruddin. Oleh karena banyaknya fitnah itu, hingga dapat juga diterima akal Nuruddin. Maka di lengkapnyalah tentara hendak menyerang Mesir dan menghajar Salahuddin. Salahuddin telah bersiap pula, padahal musuh-musuh islam sedang meyusun segenap tenaga melanjutkan peperangan merampas negeri islam. Sebelu terjadi hal yang tidak diinginkan, tiba-tiba mangkatlah sultan Nuruddin Zanki Raja Syam itu, di negeri Damsyik pada tahun 569H.
Oleh karena putera Raja Syam masih kecil, maka Salahuddin mengakui dirinya Raja Mesir dan ‘pelindung’ Raja Syam. Akhirnya dengan terang-terangan dinyatakan kekuasaannya yang penuh atas Mesir dan Syam, sebab telah dapat dikalahkannya Saifuddin Ghazi dan Almalikus Saleh.
Di tahun 572H, dia kembali ke Mesir dan diangkatnya Tauran Syah menjadi Gubernur di Syam. Dan kalau dia sedang di Syam, maka wazirnya Bahauddin menjalankan [12]titahnya di Mesir.
117 tahun lamanya keturunan Salahuddin memerintah negeri Mesir dengan nama ‘Daulat Salahiyah’. Selama memerintah Mesir, dapat pula ditaklukkannya Syam, ditaklukkannya pula negeri Arab, terutama Yaman, sehingga selain dari Mesir, keluarganya memerintah jyga di Syam dan Yaman.
E.Kerajaan Mamalik Bahriyah
Dalam tahun 648H, berdirilah kerajaan Turki pertama di Mesir, bernama kerajaan ‘Mamalik Bahriyah’. Mamalik adalah kata jamak (bilangan banyak), yang artinya budak-budak. Najmuddin Ayyub seorang Raja keturunan
16
Salahuddin mempunyai puluhan hamba sahaya sebagai pengiring, yang diduduki di pulau Raudhah. Oleh karena pulau Raudhah terletak di laut, maka kaum Mamalik itu diberi berbangsa ‘Bahriyah’, artinya lautan.
Keturunan salahuddin yang akhir, tidak ada laki-laki. Hanya seorang perempuan bernama ‘Syajaratud-Dur’. Padahal menurut ulama-ulama pada masa itu, tidaklah boleh perempuan menjadi Raja. Maka untuk mengatasi kesulitan ini, diangkatlah ‘Izzuddin Aibek Aljasyamkir menjadi ‘penilik dan pelindung’. Di tahun 648H, terjadilah perkawinan pahlawan [13]‘penilik’ itu dengan tuan puteri yang bijaksana itu. Oleh Al-Asyraf Muzhiruddin dia diakui langsung oleh sultan.
Dalam pemerintahan Raja Mamalik yang bernama Ruknuddin Baibars Al-bundoqdari, terjadilah penyerangan besar dari bangsa tartar, di bawah pinpinan Hulagu yang masyhur. Waktu itulah kota Baghdad hancur dan musnah dan khalifah yang penghabisan mati dibunuh oleh Hulagu. Maka Raja Ruknuddin itulah yang telah sanggup menangkis serangan Tartar, sehingga negeri Mesir terlepas dari bahaya yang sangat ngeri itu. Malaham sanggup pula dia mengatur serangan keluar Mesir, yaitu ke Hormat, Damsyik dan kota-kota negeri Syam yang lain untuk mengusir kaum Tartar itu.
Empat tahun sesudah jatuh Baghdad, yaitu pada tahun 660H, datanglah ke negeri Mesir seorang yang mengakui dirinya keturunan yang sah dari bani ‘Abbas, khalifah yang musnah itu. Namanya yaitu Ahmad bin Az-zahir bin An-nasir li-Dinillah. Di dalam satu Majlis Besar yang dihadiri oleh sultan Baibars, Syaikhul islam dan berpuluh ulama serta cerdik pandai, diselidikilah sah tidaknya pengakuan itu. Maka ternyatalah bahwa pengakuaan itu sah! Beliau saudata dari pada ayah Khalifah yang terbunuh di Baghdad itu (Al-Mustansir).
Maka untuk kemuslihatan kerajaannya, Ruknuddin Baibars telah mengikat suatu perjanjian dengan keturunan Bani ‘Abbas itu. Dia diakui menjadi khalifah, menyambung keturunan nenek moyangnya. Tetapi hendaklah dia mengakui pula karajaan Baibars. Dia di pandang sebagai kepala agama tertinggi, tetapi tidak berkuasa di dalam pemerintahan. Perjanjian ini di setujuinya! Tiap-tiap Raja Mesir kerajaan Mamalik itu hendaknya naik nobat, khalifahlah yang melekatkan tanda kebesaran ke atas kepalanya dan tiap-tiap berganti khalifah, Rajalah bernama Syaikhu17
Islam yang menyerahkan ‘pusaka tanda kebesaran’ khalifah kepada yang naik nobat itu, yaitu ‘selendang Nabi, pedang dan bendera’.
Lama juga jawatan khalifah yang tidak berkuasa itu, sampai juga lebih dari 200 tahun dan 15 ‘Khalifah’ semuanya, barulah berhenti, setelah sultan Turki Usmani, Sultan Salim menyerang Mesir dan Syam di tahun 922H. tanda-tanda khalifah dan kunci kota Makkah dan Madinah diambilnya dari tangan khalifah yang penghabisan (Al-Mutawakkil ‘Alallah). Dengan sebab itu, berpindahlah gelar ‘khalifah’ itu dari keturunan bani ‘Abbas (Arab) ke tangan bani usman(Turki).
Di zaman pemerintahan Raja Ruknuddin Baibars dahulu itu pula Togal Bey mendirikan kerajaan bani Usman Asia Kecil! Raja Ruknuddin Baibars itu adalah Raja Mesir yang gagah berani, terutama di dalam menentang bangsa Tartar, sehingga Mesir terlepas dari bahaya Tartar itu.
F.Mamalik Jarakisyah
Keturunan yang akhir dari Mamalik Bahriyah, namanya Haji As-Salih Zainuddin bin Asyaraf Sya’ban, masih belum dewasa. Baru usia 6 tahun. Maka diangkatlah sebagai [14]pemangku Raja, bernama Al-Malikuz-Zahir Barquq.
Oleh karena dia menjadi ‘pemangku’ banyaklah kaum Mamalik bersyarikat hendak menumbangkannya, kalau perlu membunuhnya. Setelah hal itu diketahuinya,maka dikumpulkannyalah ahli-ahli dan orang terkemuka, tidak juga ketinggalan khalifah Al-Mutawakkil. Menurut pendapat beliau, kalau muafakat jahat sedemikian dibiarkan saja, tentulah negeri tidak aman dan kerajaan asing dapat memasukkan pengaruhnya. Sebab itu dia meminta supaya Mesir diserahkan ke tangan yang kuat. Anjurannya itu di setujui orang. Tentu saja yang di maksudnya dengan tangan ‘yang kuat’ ialah dirinya sendiri. Dia diangkat orang menjadi sultan, dan As-Salih Zainuddin diturunkan dari [15]jawatan itu.
Memanglah Barquq sultan yang kuat. Tidak salah pilihan orang atas dirinya. Sebab tidak lama dia memerintah, tibalah serangan bangsa Tartar yang kedua kali, di bawah pimpinan Timurlane, pahlawan yang masyhur.18
Telah banyak negeri yang ditaklukkan dan [16]dijarahnya. Tidak kurang ganasnya dari nenen moyangnya itu, dipotongi kepala orang dan disusunnya serupa bukit. Raja Baghdad Sultan Ahmad bin Idris karena takut atas bahaya, minta bantu ke Mesir. Barquq memberikan bantuan. Bantuan dikirim dan Baghdad terpelihara.
DAFTAR PUSTAKA
· Hamka Prof.Dr , Sejarah Umat Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1957 Cet IV
· Edyar, Busman, dkk, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Pustaka Asatruss, 2009
· Sunanto Musyrifah Prof.Dr , Sejarah Islam Klasik,Jakarta: Kencana, 2007 Cet III
[1] Tempat yang tersedia di samping Mesjid,semacam madrasah
[2] Mereka dinamai ‘Murabitin’ karena kuat persatuan dan kukuh disiplinnya. Disebut juga Mulatsimin, sebab kebiasaan mereka membalut hujung serban menutup hidung.
[3] Hamka, SejarahUmmat Islam, (Jakarta: NV. Nusantara, 1961), Jilid II, h.109.
[4]Asyraafkata jamak dari Syarif. Biasanya keturunan Ali Bin Abi Thalib memakai gelar Syed atau Sidi. Dan kalau mereka menjadi raja, mereka memakai Syarif. Dan ada juga keturuna Husain memakai gelar Syed dan keturunan Hasan memakai Syarif.
[5][5]Ibid., h.172
[6] Artinya Raja
[7] Jika kita baca riwayat-riwayat karangan Eropa, seakan-akan kerajan-kerajaan Islam Afrika itu kerajaan bajak laut. Maka janganlah lupa, bahwa kerajaan- kerajaan Eropa itu pada masa itu juga tidak banyak berbeda sifatnya dengan banyak laut, terdiri dari kapal-kapal dagang ‘membajak darat’ negeri-negeri Timur, terutama negeri-negeri Islam. Bila dibaca riwayat kompeni Belanda, tidaklah dapat dipilihkan nama yang lain untuknya daripada ’Bajak Darat’.
[8]Khusyu’
[9]Sebutan mati bagi orang yang terhormat
[10]Tunduk; meyerah
[11]Sebutan mati bagi orang yang terhormat
[12]perintahnya
[13]pengawas
[14]Orang yang mewakili
[15]Pangkat atau kebesaran
[16]Hasil rampasan dalam perang
Tidak ada komentar: