Bagi umat islam
(dari kalangan Sunni), eksitensi kitab shahih Muslim sangatlah penting. Alasan
pokoknya adalah karena dalam kitab tersebut terdapat banyak hadits Nabi yang
dinilai shahih, yang nota bene merupakan sumber ajaran islam disamping
Al-qur’an. Mengingat pentingnya kitab tersebut, maka sangatlah perlu khususnya
bagi umat islam untuk mengenalnya secara lebih luas dan rinci agar dapat lebih
memahaminya secara mendalam dan mengamalkannya dengan lebih lengkap.
Dari sekian banyak
kitab koleksi hadits, telah sangat dikenal bahwa kitab shahih muslim oleh para
ulama hadits dinilai dan dikategorikan sebagai salah satu kitab rujukan
standar. Dikalangan para ulama hadits dan sebagian masyarakat muslim banyak
yang menempatkan kitab ini ke dalam kelompok kitab hadits (paling) shahih
(al-kutub al shihah al-sittah). Ini artinya menunjukkan bahwa kitab koleksi
hadits ini memiliki keistimewaan atau kelebihan. Pertanyaannya adalah apakah
keistimewaan atau kelebihan yang dimilki oleh kitab ini? Uraian dalam tulisan
akan berusaha menjawabnya.
Namun, sebagaimana
layaknya karya manusia yang tidak luput dari kelemahan dsn kekurangan, maka
tentu saja hal inipun dialami oleh kitab yang sangat populer dikalangan umat
islam. Munculnya berbagai kajian, tanggpan, dan kritikan terutama daripada para
peminatnya. Membuktikan hal tersebut. Lalu, bagaimanakah proporsi dari
kritikan-kritikan tertentu? Hal ini sangat penting untuk dikaji dan diketahui.
Aspek-aspek
penting lainnya yang sangat perlu diungkapkan dari kitab ini masing sangat
banyak seperti pengenalan terhadap penyusunannya, segi sejarah kemunculan dan
penulisan, setting sosial politik pada saat ditulisnya, prinsip-prinsip dan
metode penyusunannya, sistematika penyusunan, penilaian atau komentar terhaadap
kitab dan hadit-haditnya, karya-karya komentar, ringkasan dan indeks, serta
hal-hal lainnya yang dikait. Kesemuanya itu perlu diungkapkan secara memadai
guna menambah pemahaman terhdap kitab ini.
A.
Profil Imam Muslim
Nama
lengkap Imam Muslim[1]
adalah Abu Al-Husayn Muslim Ibn Husayn Ibn Al-Hajjajal Al-Gusyairi
An-Naisaburi. Ia dilahirkan pada tahun 204 H, dan wafat pada tanggal 25 Ra’jab
tahun 261 H. Imam muslim adalah orang yang mencintai ilmu pengetahuan terutama
dibidang hadits. Tetapi dapat dipastikan bahwa Ia lebih dahulu mempelajari
Al-Qur’an dan bahsa arab sebelum memulai mempelajari hadits. Hal ini merupakan
kelaziman pendidikan yang berkembang pada masa itu. Ia mulai mempelajari hadits
saat berusia lebih kurang 15 tahun.
Imam Muslim[2] begitu
serius mempelajari hadits, sehingga pada masanya Ia sebagai orang yang gemar
melawat keberbagai daerah atau negara unruk belajar hadits, yaitu Hijaz Iraq,
Syam, Mesir dan tempat lainnya adalah negeri-negeri yang pernah Ia singgahi. Di
khurasun Ia belajar hadits kepada Yahya bin Yahya, Ishaq bin Rawaih, dan ulama
lainnya. Di Ray, Ia belajar hadits kepada Muhammad bin Mahran, Abu Gasun dan
lain-lain. Di Iraq, Ia belajar hadits kepada Ahmad bin Hambal dan lain-lainnya,
Di Hijaz, Ia belajar hadits kepada Sa’id bin Mansur, Abu Mas’ab dan Mesir
beliau belajar kepada Amir bin Suwab, Marmalah bin Yahya. Ketika Imam Bukhari
datang ke kota Baghdad.
B.
Karya-kaya Imam Muslim
Sebagai seorang
ilmuan ternama[3],
Imam muslim tidak hanya mempunyai kitab shahih Muslim saja, tetapi juga
mempunyai berbagai kitab lainnya yang tidak terbatas dalam bidang Matan hadits
saja. Tetapi mencakup berbagai hal yang berhubungan hadits baik matan maupun
sanadnya.
Disamping itu,
Imam Muslim juga dukenal sebagai tokoh yang sangat ramah dan memiliki kehalusan
budi bahasa. Bahkan, menurut Adz-Dzahabi, Ia dikenal dengan sebutan “Mukhsin
dari Naisabur”. Semasa hidup Imam Muslim berhasil menghimpun beberapa karya
penting antara lain[4]:
a.
Al-Asma’
wa Al-Kuna,
b.
Asma’u
‘r-Rijal
c.
Al-Intifa’
bi Juludis Siba’
d.
At-Tamyiz
e.
Al-Jami’
f.
Tabaqat
g.
Al-Munfaridat
wal ‘I-Wihdan
h.
Al-Shahih
Al-Musnad, karya Imam Muslim yang paling terkenal
Dalam menulis kitab shahihnya[5], Imam
Muslim menyaring hadits yang dimasukkan dalam kitabnya itu dari ribuan hadits
yang telah didengarnya. Dia pernah berkata: “Aku menyusun hasil saringan dari
300 ribu hadits” kitab shahih ini adalah hasil dari kehidupan yang penuh berkah
yang ditulis dimana saja Ia berada baik dalam waktu sempit maupun lapang. Dia
mengumpulkan, menghafal, menyaring dan menulis sehingga menjadi sebuah kitan
shahih yang sangat baik dan teratur. Dia dan beberapa muridnya menyelesaikan
penyusunan kitab shahih itu dalam waktu 15 tahun.
Ketelitian Muslim terhadap hadits yang diriwatkan dalam shahihnya
dapat diketahui dari perkataanya sebagai berikut:
ماوضعت شيأ في كتابي هذاإلابحجة وما أسقطت منه شيأ إلابحجة
“Aku tidak mencantumkan hadits dalam kitabku
ini, kecuali dengan alasan, aku juga tidak menggurkan sesuatu kecuali dengan
alasan pula”.
C.
Metodologi dan Sistematika Shahih Muslim
Dalam menyusun
kitabnya[6],
Imam Muslim menempuh metode yang sangat bagus. Beliau menghimpun matan- matan
hadits yang senada atau satu tema lengkap dengan sanad-sanadnya pada suatu
tempat, tidak memotong atau memisah-misahkannya dalam beberapa bab yang
berbeda, serta tidak mengulang penyebutan hadits kecuali dalam jumlah sedikit karena
adanya kepentingan yang mendesak, yang menghendaki pengulangan, seperti untuk
menambahkan manfaat pada sanad atau matan hadits. Bentuk penyusuna kitab ini
adalah berbentuk Mushannaf, yaitu penyajian berdasarkan bab-bab masalah
tertentu sebagaimana metode kitab-kitab fiqh, aqidah, akhlak, sejarah, dan
tafsir.
Imam Muslim tidak
banyak[7]
memberikan perhatian pada etraksi yang resmi. Bahkan Beliau tidak mencantumkan
judul setiap akhir suatu pokok pembahasan. Dan juga dalam menilai hadits yang
akan dimuat kedalam shahih Muslim, Imam Muslim menggunakan kriteria yang sama
yang digunakan Imam Bukhari, kriteria umum digunakan adalah bersambung
sanadnya, diriwayatkan oelh orang yang terpecaya (Thiqat) serta terhindar dari
Syuzuz (yang menyalahi hadits lain yang sahhih) dan ‘Ilat (alasan hukum).
Selain itu, Imam
Muslim[8]
selalu menggunakan kata-kata ataulafal-lafal dalam proses periwayatan ahdits
secara cermat. Apabila ada seorang periwayatan berbeda periwayatan lainnya
dalam menggunakan redaksi yang berbeda pada makna dan tujuan yang sama, maka
Beliaupun menjelaskannya. Demikian juga bila seorang periwayat meriwatkan
hadits dengan kata حدسنا (ia menceritakan kepada
kami), dan periwayatan lainnya dengan kata
أخبرنا
(ia mengkhabarkan kepada kami), maka perbedaan
lafal ini pun dijelaskan. Begitu juga bila sebuah hadits diriwayatkan oleh
banyak orang dalam periwayatannya terdapat perbedaan lafal beliaupun
menerangkannya bahwa lafal yang disebutkannya itu berasalal dari riwayat
sipulan, Beliau akan menyatakan dengan واللفظ لقلان (redaksi ini adalah reddaksi menurut
sipulan).
Dalam penyusunan
kitab shahih, Ia menyeleksi sekitar 300.000 hadits, Imam Muslim berkata “kitab
shahih ini kusaring dari 300.000 hadits”. Imam Muslim sangat teliti dan
hati-hati terhadap hadits yang diriwayatkan dalam kitab haditsnya. Imam Muslim
berkata dalam shahihnya, “Tidak setiap hadits yang kuanggap shahih kucantumkan
disini (shahihnya)”, tetapi kucantumkan hanya hadits-hadit yang telah
disepakati oleh ulama hadits. Kitab shahih ini memuat banyak hadits. Namun,
terjadi perbedaan pendapat dikalangan ulama tentang akuransi jumlah hadits.
Menurut keterangan Ahmad bin Salamah, seorang sahabat Imam Muslim sekaligus
penulis naskah kitab ini, shahih Muslim memuat 12.000 hadits, sementara ulama
lain berpendapat 7275, pendapat lain menyebutkan 5632 hadits. Ada juga yang
menyebutkan 4000 hadits. Dan ada juga yang berkesimpula jumlah hadits jumlah
hadits dalam shahih Muslim 3033 hadits[9].
Kitab shahih
musllim[10]
atau Al-jami’ Al-Shahih sangat bernilai dan dapat dikatakan karya paling awal,
khususnya dalam bidang ilmu Ushul Al-Hadits, yaitu yang diawali dengan
Muqaddimah (pendahuluan) yang sangat sistematis dan disusun oleh Imam Muslim
sendiri. Kemudian Imam Muslim mengelompokkan hadits-hadits yang berkaitan dalam
satu tema atau masalah pada suatu tempat. Judul-judul kitab dan bab sebenarnya
tidak dibuat oleh Imam Muslim, tetapi dibuat oleh para pengulas kitabnya pada
masa berikutnya. Perlu digaris bawahi bahwa Imam Muslim tidak membuat nama atau
judul kitab (sesuai bagian) dan bab dalam kitabnya secar konkrit, dan itu
terdapat dalam naskah shahih muslim yang sudah dicetak oleh para pengulas.
Salah satu pengulas yang dinilai sangat baik adlah Imam Nawawi yang kreasi
judul dan bab dan sistematika dalam menyusun kitab Syarah Shahih Muslim.
Untuk mengetahui
isi dan sistematika kitab shahih Muslim secara rinci berikut ini suatu rincina
dalam bentuk tabel yang didalamnya terdapat nama-nama kitab (khusus bagian)
jumlah bab dan hadits dalam tiap-tiap kiatabnya
NO
|
NAMA KITAB
|
JUMLAH
|
|
BAB
|
HADITS
|
||
1
|
مقدمة
|
74
|
?
|
2
|
الايٌمنْ
|
96
|
280
|
3
|
الطها
رة
|
34
|
111
|
4
|
الحيض
|
33
|
126
|
5
|
...
|
...
|
...
|
D.
Ciri Khas Kitab Shahih Muslim
Yang menjadi cici-ciri khas Shahih Imam Muslim ialah[11]:
1.
Matan-matan
hadits yang semakna besertya dengan sanadnya diletakkan pada suatu tempat, dan
tidak dipisah dalam beberapa bab yang berbeda, juga tidak mengulang hadits
kecuali karena sangat perlu diulang untuk kepentingan sanad atau matan hadits.
2.
Imam
muslim sangat teliti dalam kata-katanya. Beliau juga mencantumkan dan
menerangkan matan-matan hadits yang lafaznya berbeda. Itulah ketelitian dan
kejujuran dalam periwayatan hadits.
3.
Dalam
kitab Imam Muslim hanya memuat hadits-hadits musnad dan marfu’, yaitu hadits
yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW.
4.
Imam
Muslim tidak meriwayatkan hadits mu’allaq dan jika terdapat hadits tersebut,
itu hanya penguat, bukan yang utama. Jumlah hadits mu’allq dalam kitab Muslim
hanya terdapat 12 hadits.
E.
Penilain Terhadap Shahih Muslim dan Nilai hadits-haditsnya
Menurut para ulama
hadits, kitab koleksi hadits Shahih Muslim ini memiliki banyak kelebihan yaitu[12]:
-
Susunan
isinya sangat tertib dan sisitematis
-
Pemilihan
redaksi (muatan) haditsnya sangat teliti dan cermat
-
Seleksi
dan akuransi sanadnya sangat teliti, tidak tertukar-tukar, dan tidak lebih dan
tidak kurang
-
Penempatan
dan pengelompokan hadits-hadits kedalam tema atau tempat tertentu, sehingga sedikit sekali
terjadi pengulangan penyebutan hadits
Para ulama menilai bahwa Shahih Muslim disamping Shahih Bukhari merupakan
dua kitab koleksi hadits yang shahih diantara kitab-kitab koleksi hadits
lainya. Adapun nilai-nilai yang terdapat dalam Shahih Muslim pada umumnya
berkualitas Shahih, atau nilai shahih oleh sebagian besar para ulama hadits.
Dalam kaitan ini Imam Muslim pernah menyatakan bahwa Ia tidak memasukkan semua hadits shahih kedalam
kitabnya, melainkan hanya hadits-hadits yang disepakati oleh para ulama hadits
saja. Menurut Ibn Shaleh, mungkin yang dimaksud itu adalah Beliau hanya
memasukkan hadits yang memenuhi persyaratan shahih yang telah disepakati oleh
para ulama hadits.
Menurut Ishak bin Mansur Al-kausaj[13]
Imam Muslim merupakan sumber kebaikan bagi kaum muslim, Ia mengatkan kepada
Imam Muslim: “kami tidak akan menghilangkan kebaikan selama Allah menetapkan
engkau bagi kaum muslimin”. Serta terdapat banyak kimentar lainnya yang memberi
penghargaan kepada Muslim.
KESIMPULAN
Kitab Shahih Muslim Adalah kitab koleksi hadits Nabi Muhammad SAW.
Yang menyusunnya sangat dikenal sebagai orang yang terpercaya karena integritas
kepribadian dan kapasitas intelektualnya. Kitab ini sangat penting untuk
diketahui, dikaji, dipahami dan dijadikan sebagai acuan khususnya oleh umat
islam. Studi menunjukkan bahwa hadits-hadits yang terdapat dalam kitab ini
uimumnya berkualitas Shahih dan merupakan hasil seleksi yang sangat teliti,
ketat dan cermat dari ratusan ribu
hadits.
Kitab ini disusun dalam rentang waktu yang sangat leluasa,
susunannya sangat sistematis dan pengulangan haditsnya relatif sangat sedikit.
Namun demikian, dalam kitab inipun terdapat beberapa hadits yang dikritik.
Kritik yang muncul terutama bukan pada aspek sanadnya tetapi lebih pada
matannya, itupun lebih disebabkan karena ada perbedaan pemahaman atau
pemaknaan
REFERENSI
Solihin,
Agus, Muhammad Suyadi. 2009. Ulumul Hadits. Jakarta: Pustaka Setia
Wahid,
Abd. 2008. Khasanah Kitab Hadits. Banda Aceh berkerjasama dengan AK Group
Yogyakarta: Ar Raniry Press
Zulmadi,
2008. Mengenal Kitab-Kitab Hadits. Yogyakarta: Insan Madani
Muhammad
Abu Syuhbah, M. 1981. Kutubus Sittah. Cairo: Majma’ Al-Buhus Al-Islamiyah
Dosen
Tafsir Hadits Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga, 2003. Studi Kitab
Hadits. Yogyakarta: Teras
Sulthon
Bin Abdillah Al-‘Umari, 2006. Sharah Shahih Muslim, Solo: Daru’i-Qosim
[1] M. Agus
Solahuddin, Agus Suyadi, Ulumul Hadits (Bandung: Puataka Setia, 2009),
234-235
[2] Zulmadi,
Mengenal Kitab-Kitab Hadits (Yogyakarta:
Insan Madani, 2008) 57
[3] Abd
Wahid, Khasanah Kitab Hadits (Banda Aceh berkerja sama dengan AK
Group-Yogyakarta: Ar Raniry Press, 2008) 49
[4]
Shulthon bin ‘Abdillah Al-‘Umari,Syarah shohih Muslim ( Solo: Daru ‘I-Qosim,cet 1, 2005) 11
[5]
M.Muhammad Abu Syuhbah, Kutubus Sittah ( Cairo: Majma’ al-Buhus
al-Islamiyah,1981) 62
[6] Dosen
Tafsir Hadits Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga,Studi Kitab Hadits
( Yogyakarta:Teras,2003) 70-71
[7] Abd
Wahid,Khasanah Kitab Hadits (Banda Aceh Berkerja Sama Dengan AK-Group
yogyakarta: AR-RANIRI Press,2008) 50
[8]Dosen
Tafsir Hadits Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga,Studi Kitab Hadits
( Yogyakarta:Teras,2003) 71
[9] Zulmadi,
Mengenal Kitab-Kitab Hadits (Yogyakarta:
Insan Madani, 2008) 59
[10] Dosen
Tafsir Hadits Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga,Studi Kitab Hadits
( Yogyakarta:Teras,2003) 67
[11]
M.Muhammad Abu Syuhbah, Kutubus Sittah ( Cairo: Majma’ al-Buhus
al-Islamiyah,1981) 64
[12] Dosen
Tafsir Hadits Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga,Studi Kitab Hadits
( Yogyakarta:Teras,2003) 72-73
[13] Abd
Wahid,Khasanah Kitab Hadits (Banda Aceh Berkerja Sama Dengan AK-Group
yogyakarta: AR-RANIRI Press,2008) 49
Tidak ada komentar: