A.
Memahami Majas dalam surah at- taubah ayat: 1
×ouä!#tt/ z`ÏiB «!$# ÿ¾Ï&Î!qßuur n<Î) tûïÏ%©!$# N?yg»tã z`ÏiB tûüÏ.Îô³ßJø9$# ÇÊÈ
Artinya:
(Inilah pernyataan) pemutusan hubungan dari Allah dan RasulNya
(yang dihadapkan) kepada orang-orang musyrikin yang kamu (kaum muslimin) telah
Mengadakan Perjanjian (dengan mereka
Kata bara’ah terambil dari kata baria yang berarti
menjauh dari sesuatu dan memutuskan hubungan dengannya. Pemutusan hubungan itu
dalam arti bahwa nabi saw. dan kaum muslimin tidak terikat lagi dengan
perjanjian yang pernah di jalin dengan mereka dan sejak itulah putus hubugan
apapun dengan mereka.
Ayat di atas mengaitkan pemutusan hubungan dengan Allah serta rasul
saw. bukan dengan kaum muslimin, karena apa yang dilakukan oleh nabi saw
dan kaum muslimin ketika menjalin
perjanjian,demikian pula ketika membatalkannya adalah semata- mata atas
perintah dan restu Allah swt. atas dasar itu pula kata bara’ah di sini tidak
mencakup rezeki atau rahmatnya yang bersifat umum.[2]
Maka setelah melihat
penjelasan diatas dapat di simpulkan bahwa dalam ayat di atas terjadi
peminjaman kata bara’ah yang berarti pemutusan hubungan dengan Allah,
dari kata bari’a yang berarti menjauh dari sesuatu.
B.
Memahami
Majas dalam surah al- hud:5
Iwr& öNåk¨XÎ) tbqãZø[t óOèdurßß¹ (#qàÿ÷tFó¡uÏ9 çm÷ZÏB 4 wr& tûüÏm tbqà±øótGó¡o óOßgt/$uÏO ãNn=÷èt $tB crÅ£ã $tBur tbqãYÎ=÷èã 4 ¼çm¯RÎ) 7OÎ=tæ ÏN#xÎ/ ÍrßÁ9$# ÇÎÈ
Artinya: Ingatlah, Sesungguhnya (orang munafik itu) memalingkan
dada mereka untuk Menyembunyikan diri daripadanya (Muhammad) [708]. Ingatlah,
di waktu mereka menyelimuti dirinya dengan kain, Allah mengetahui apa yang
mereka sembunyikan dan apa yang mereka lahirkan, Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui segala isi hati.
[708] Maksudnya: Menyembunyikan perasaan permusuhan
dan kemunafikan mereka terhadap Nabi Muhammad s.a.w.
Iwr& öNåk¨XÎ) tbqãZø[t óOèdurßß¹
Ingatlah, Sesungguhnya (orang munafik itu) memalingkan dada mereka.
Ayat
ini dapat di pahami dalam pengertian hakiki dan dapat juga dalam
pengertian majazi, bila kita memahaminya dalam pengertian hakiki, maka ini
menunjukkan kebodohan kaum musyrikin yang menganologikan allah swt. dengan
makhluk. Mereka menduga Allah swt. tidak mengetahui sesuatu yang di
sembunyikan. Maka jika memahami ayat ini dalam pengertian majazi, maka ayat ini
menggambarkan isi hati kaum musyrikin dan munafikin yang memusuhi nabi saw,
yang selalu berusaha mencelakakan beliau dengan jalan menipu dan mengelabui
umat. [3]
Dalam
suatu riwayat di kemukakan bahwa apabila bertemu dengan nabi saw, kaum munafik
suka memalingkan muka membalikkan badan agar tidak terlihat oleh beliau karna
malu.( di riwayatkan oleh ibnu jarir dll. Yang bersumber dari abdullah bin
syaddad).[4]
Maka dapat di simpulkan bahwa dalam ayat di
atas menggunakan Majaz lughawi yaitu:
إطلق إسم الجزء على الكل
penggunaan kata sebahagian menunjukkan makna keseluruhan, jadi yang di
maksud dengan memalingkan dada disini adalah memalingkan seluruh anggota badan.
C.
Memahami
majas dalam surah ibrahim ayat:1
!9# 4 ë=»tGÅ2 çm»oYø9tRr& y7øs9Î) ylÌ÷çGÏ9 }¨$¨Z9$# z`ÏB ÏM»yJè=à9$# n<Î) ÍqY9$# ÈbøÎ*Î/ óOÎgÎn/u 4n<Î) ÅÞºuÅÀ ÍÍyèø9$# ÏÏJptø:$# ÇÊÈ
Artinya: Alif, laam raa. (ini adalah) kitab yang Kami turunkan
kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya
terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan yang Maha
Perkasa lagi Maha Terpuji.
Dalam ayat di atas mengandung majas lughawi, yakni kata yang
digunakan dalam makna yang bukan hakiki. Kata Azhulumaat yang di gunakan
dengan makna kesesatan, dan kata annur yang digunakan makna hidayah dan
iman, hubungan antara makna hakiki dan makna majasi adalah adanya keserupaan,
dan karinahnya adalah haliyah.[5]
Kata لظلمات ( gelap- gulita) dan
النور( cahaya terang- berderang) di sini di pinjam.
Dengan maksud, untuk menjelaskan adh- dhalalah ( kesesatan
atau kekufuran) dan al- hidayah ( petunjuk atau islam). Sebenarnya yang
di kehendaki oleh Allah swt. melalui indikasi di turunkankanya al- Qur’an Al-
kitab kepada Rasululullah saw. adalah mengeluarkan dari kesesatan menuju jalan
hidayah. Karena itu, adhalalah dan al- hidayah yang tidak dinyatakan dalam ayat
tersebut masing- masing di sebut musyabbah ( yang di samakan), sedangkan
adz- dhulumat dan annur di sebut musyabbah bih ( objek yang di samakan)
D.
Analisis
Para Jumhur Ulama telah sepakat bahwa keberadaan Majaz dalam al-
Qur’an itu sudah pasti, walaupun ada sebahagian yang berpendapat bahwa majaz di
dalam al- Qur’an tidak ada. Para ahli ilmu balaghah telah sepakat bahwa majaz
itu lebih dalam maknanya daripada hakikat. dengan adanya majaz dalam al- Qur’an
maka keindahan bahasa al- Qur’an akan bertambah. Maka oleh sebab itu menurut
hemat penulis. Keberadaan majaz dalam al- Qur’an tidak perlu di pertentangkan
lagi tentang keberadaannya. Termasuk juga majaz yang terkandung dalam surah
at-taubah ayat 1, hud ayat 5 dan ibrahim ayat 1.
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas yang dapat penulis simpulkan adalah sebagai
berikut.
1.
Al-Qur'an
merupakan kalamullah yang diturunkan dengan menggunakan gaya bahasa Arab yang
tinggi dan indah, yang terlihat –diantaranya- dari ungkapan-ungkapan
metaforik-simboliknya (majaz) dan kiasan-kiasannya atau sindiran-sindirannya
(kinayah).
2.
Majaz
identik dengan peralihkan makna dasar ke makna lainnya, karena alasan tertentu,
atau pelebaran medan makna dari makna dasarnya, sedangkan kinayah identik
dengan penggunaan sebuah lapadz atau kata untuk menyatakan suatu hal lain
dengan menitikberatkan pada makna seharusnya karena mempunyai pertalian yang
sangat dekat
DAFTAR PUSTAKA
Ali Al- jarim, Al- balaaghatul Waadhiah, di terj, Mujiyo
Nurkhalis ,1993 (bandung: penerbit sinar
baru Al-gesindo).
M.Quraish shihab, Tafsir Al- misbah, 2000, (Tangerang: lentera
hati).
H.A.A. Dahlan, dkk, Asbabun nuzul , 2006 (bandung: cv
penerbit di ponegoro).
Imam
Jalaluddin as suyuti, al- itqan ‘ulumul Qur’an, 2009 (Indiva pustaka,
Surakarta).
M. Quraish
shihab, Tafsir Al- Misbah, pesan, kesan, dan kesrasian Al- Qur’an, Jilid
5, 2009 ( Jakarta: lentera hati, 2002).
[1]
Imam jalaluddin as suyuti, al-
itqan ‘ulumul Qur’an jilid 2, (Indiva pustaka, Surakarta, 2009) hal. 257
[2]
M. Quraish shihab, Tafsir Al- Misbah, pesan, kesan, dan kesrasian Al- Qur’an,
Jilid 5 ( Jakarta: lentera hati, 2002), Hal. 524
[3]
M. Quraish shihab, Tafsir Al- Misbah..., Jilid 6, Hal. 192
[4]H.A.A.
Dahlan, dkk, Asbabun nuzul (bandung: cv penerbit di ponegoro, 2006),
hal. 291
[5]
Ali Al- jarim, Al- balaaghatul Waadhiah, di terj, Mujiyo Nurkhalis
,bandung: ( penerbit sinar baru Al-gesindo) 1993, hal.101
Tidak ada komentar: