BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Para jumhur ulama sepakat bahwa keberadaan Majas dalam al- Qur’an , walaupun di ingkari oleh sekelompok ulama, di antaranya Mazhab Dzahahiri, Ibnu qash dari Mazhab syafi’i dan ibnu kuwaiz dari mazhab maliki. Alasan mereka bahwa majaz itu sama dengan kebohongan sedangkan al- Qur’an bersih darinya dan bahwa seorang pembicara tidak menggunakan majaz itu kecuali jika ia tidak dapat menggunakan makna hakikat. Maka di sebut ist’arah. Hal yang seperti ini mustahil bagi Allah swt. ini adalah alasan yang salah. Jika majaz tidak ada dalam al- Qur’an maka akan hilangkan separoh dari keindahan. Para ahli ilmu balaghah telah sepakat bahwa majaz itu lebih dalam maknanya daripada yang hakikat. Jika al-Qur’an di haruskan bersih dari majaz maka bersih pula pembuangan, penegasan pengulangan cerita, dan lainnya.[1]
Jadi, berdasarkan latar belakang di atas, pemakalah di ingin mejelaskan sedikit tentang majaz dalam surah at- taubah ayat 1, hud ayat:5, dan ibrahim:1.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana memahami majaz yang terdapat dalam surah at- taubah ayat 1?
2. Bagaimana memahami majas yang terdapat dalam surah Hud ayat 5?
3. Bagaimana memahami majas yang terdapat dalam surah ibrahim ayat 1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Memahami Majas dalam surah at- taubah ayat: 1
×ouä!#tt/ z`ÏiB «!$# ÿ¾Ï&Î!qßuur n<Î) tûïÏ%©!$# N?yg»tã z`ÏiB tûüÏ.Îô³ßJø9$# ÇÊÈ
Artinya:
(Inilah pernyataan) pemutusan hubungan dari Allah dan RasulNya (yang dihadapkan) kepada orang-orang musyrikin yang kamu (kaum muslimin) telah Mengadakan Perjanjian (dengan mereka ).
Kata bara’ah terambil dari kata baria yang berarti menjauh dari sesuatu dan memutuskan hubungan dengannya. Pemutusan hubungan itu dalam arti bahwa nabi saw. dan kaum muslimin tidak terikat lagi dengan perjanjian yang pernah di jalin dengan mereka dan sejak itulah putus hubugan apapun dengan mereka.
Ayat di atas mengaitkan pemutusan hubungan dengan Allah serta rasul saw. bukan dengan kaum muslimin, karena apa yang dilakukan oleh nabi saw dan kaum muslimin ketika menjalin perjanjian,demikian pula ketika membatalkannya adalah semata- mata atas perintah dan restu Allah swt. atas dasar itu pula kata bara’ah di sini tidak mencakup rezeki atau rahmatnya yang bersifat umum.[2]
Maka setelah melihat penjelasan diatas dapat di simpulkan bahwa dalam ayat di atas terjadi peminjaman kata bara’ah yang berarti pemutusan hubungan dengan Allah, dari kata bari’a yang berarti menjauh dari sesuatu.
B. Memahami Majas dalam surah al- hud:5
Iwr& öNåk¨XÎ) tbqãZø[t óOèdurßß¹ (#qàÿ÷tFó¡uÏ9 çm÷ZÏB 4 wr& tûüÏm tbqà±øótGó¡o óOßgt/$uÏO ãNn=÷èt $tB crÅ£ã $tBur tbqãYÎ=÷èã 4 ¼çm¯RÎ) 7OÎ=tæ ÏN#xÎ/ ÍrßÁ9$# ÇÎÈ
Artinya: Ingatlah, Sesungguhnya (orang munafik itu) memalingkan dada mereka untuk Menyembunyikan diri daripadanya (Muhammad) [708]. Ingatlah, di waktu mereka menyelimuti dirinya dengan kain, Allah mengetahui apa yang mereka sembunyikan dan apa yang mereka lahirkan, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala isi hati.
[708] Maksudnya: Menyembunyikan perasaan permusuhan dan kemunafikan mereka terhadap Nabi Muhammad s.a.w.
Iwr& öNåk¨XÎ) tbqãZø[t óOèdurßß¹
Ingatlah, Sesungguhnya (orang munafik itu) memalingkan dada mereka.
Ayat ini dapat di pahami dalam pengertian hakiki dan dapat juga dalam pengertian majazi, bila kita memahaminya dalam pengertian hakiki, maka ini menunjukkan kebodohan kaum musyrikin yang menganologikan allah swt. dengan makhluk. Mereka menduga Allah swt. tidak mengetahui sesuatu yang di sembunyikan. Maka jika memahami ayat ini dalam pengertian majazi, maka ayat ini menggambarkan isi hati kaum musyrikin dan munafikin yang memusuhi nabi saw, yang selalu berusaha mencelakakan beliau dengan jalan menipu dan mengelabui umat. [3]
Dalam suatu riwayat di kemukakan bahwa apabila bertemu dengan nabi saw, kaum munafik suka memalingkan muka membalikkan badan agar tidak terlihat oleh beliau karna malu.( di riwayatkan oleh ibnu jarir dll. Yang bersumber dari abdullah bin syaddad).[4]
Maka dapat di simpulkan bahwa dalam ayat di atas menggunakan Majaz lughawi yaitu:
إطلق إسم الجزء على الكل penggunaan kata sebahagian menunjukkan makna keseluruhan, jadi yang di maksud dengan memalingkan dada disini adalah memalingkan seluruh anggota badan.
C. Memahami majas dalam surah ibrahim ayat:1
!9# 4 ë=»tGÅ2 çm»oYø9tRr& y7øs9Î) ylÌ÷çGÏ9 }¨$¨Z9$# z`ÏB ÏM»yJè=à9$# n<Î) ÍqY9$# ÈbøÎ*Î/ óOÎgÎn/u 4n<Î) ÅÞºuÅÀ ÍÍyèø9$# ÏÏJptø:$# ÇÊÈ
Artinya: Alif, laam raa. (ini adalah) kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.
Dalam ayat di atas mengandung majas lughawi, yakni kata yang digunakan dalam makna yang bukan hakiki. Kata Azhulumaat yang di gunakan dengan makna kesesatan, dan kata annur yang digunakan makna hidayah dan iman, hubungan antara makna hakiki dan makna majasi adalah adanya keserupaan, dan karinahnya adalah haliyah.[5]
Kata لظلمات ( gelap- gulita) dan
النور( cahaya terang- berderang) di sini di pinjam.
Dengan maksud, untuk menjelaskan adh- dhalalah ( kesesatan atau kekufuran) dan al- hidayah ( petunjuk atau islam). Sebenarnya yang di kehendaki oleh Allah swt. melalui indikasi di turunkankanya al- Qur’an Al- kitab kepada Rasululullah saw. adalah mengeluarkan dari kesesatan menuju jalan hidayah. Karena itu, adhalalah dan al- hidayah yang tidak dinyatakan dalam ayat tersebut masing- masing di sebut musyabbah ( yang di samakan), sedangkan adz- dhulumat dan annur di sebut musyabbah bih ( objek yang di samakan).
D. Analisis
Para Jumhur Ulama telah sepakat bahwa keberadaan Majaz dalam al- Qur’an itu sudah pasti, walaupun ada sebahagian yang berpendapat bahwa majaz di dalam al- Qur’an tidak ada. Para ahli ilmu balaghah telah sepakat bahwa majaz itu lebih dalam maknanya daripada hakikat. dengan adanya majaz dalam al- Qur’an maka keindahan bahasa al- Qur’an akan bertambah. Maka oleh sebab itu menurut hemat penulis. Keberadaan majaz dalam al- Qur’an tidak perlu di pertentangkan lagi tentang keberadaannya. Termasuk juga majaz yang terkandung dalam surah at-taubah ayat 1, hud ayat 5 dan ibrahim ayat 1.
BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas yang dapat penulis simpulkan adalah sebagai berikut:
1. Al-Qur'an merupakan kalamullah yang diturunkan dengan menggunakan gaya bahasa Arab yang tinggi dan indah, yang terlihat –diantaranya- dari ungkapan-ungkapan metaforik-simboliknya (majaz) dan kiasan-kiasannya atau sindiran-sindirannya (kinayah).
2. Majaz identik dengan peralihkan makna dasar ke makna lainnya, karena alasan tertentu, atau pelebaran medan makna dari makna dasarnya, sedangkan kinayah identik dengan penggunaan sebuah lapadz atau kata untuk menyatakan suatu hal lain dengan menitikberatkan pada makna seharusnya karena mempunyai pertalian yang sangat dekat
DAFTAR PUSTAKA
Ali Al- jarim, Al- balaaghatul Waadhiah, di terj, Mujiyo Nurkhalis ,1993 (bandung: penerbit sinar baru Al-gesindo).
M.Quraish shihab, Tafsir Al- misbah, 2000, (Tangerang: lentera hati).
H.A.A. Dahlan, dkk, Asbabun nuzul , 2006 (bandung: cv penerbit di ponegoro).
Imam Jalaluddin as suyuti, al- itqan ‘ulumul Qur’an, 2009 (Indiva pustaka, Surakarta).
M. Quraish shihab, Tafsir Al- Misbah, pesan, kesan, dan kesrasian Al- Qur’an, Jilid 5, 2009 ( Jakarta: lentera hati, 2002).
Tidak ada komentar: